Sunday, August 13, 2006
17-an di 80-an
Tujuhbelasan, adalah masa-masa dimana orang-orang bersemangat dan berkeringat. Itulah saat dimana, bendera merah putih di ambil dari lemari dan di pasang di depan rumah, gapura dibangun, jalanan dan lingkungan dirapihkan, sisi-sisi got di di cat dan diberi kapur, bendera-bendera kecil dibentangkan mengelilingi kampung, dan orang-orang kembali berlatih olahraga agar siap bertanding dengan RT lain.
Ada beberapa hal yang aku ingat saat masa itu di tahun 80an. Biasanya, di RT, yang sering dilakukan adalah dengan Kerja Bakti. kerja bakti yang biasanya diadakah seminggu sekali, suka ditambah pas hari Jumaat. Ada orang kelurahan yang datang dan menyiapkan truk sampah. Nah, pas hari Minggu, semua warga wajib datang, berkumpul di lapangan, atau langsung membersih kan kali di dekat rumah. Di dekat rumah ku itu ada kali yang sering banget kotor. Nah, kita akan mengangkut sampah yang ada disana.
Bapak-bapak dan remaja putra, wajib datang. Kalau nga, nanti Pak RT yang akan datang treak-treak di depan rumah sambil bawa ember. Huhuhu, pas Minggu pagi aku kan lagi nonton Unyil (jam 9.00), masa udah disuruh bantuin buat ke kali bersihin sampah. Nah, bagi Ibu-ibu remaja putri, biasanya diminta untuk siapin makanan atau teh manis bagi yang selesai kerja bakti.
Kerja bakti, biasanya selesai pas jam 1 atau jam 2-an di Minggu yang terik. Ini bersamaan dengan film malaikat, begitu biasa aku sebut (Highway to Heaven) atau film drama Brazil lainnya. Tapi, warga nga boleh pulang. Biasanya abis gitu, disuruh bantuin untuk persiapan bikin gapura. Gapura, yang biasanya udah dirapatkan sebelumnya akan dibentuk di depan gang kita. Bahananya, bisa macam-macam. Papan triplek bekas pembatas kontrakan. Atau batang bambu yang disusun diiket pake sabut. Kayu kaso yang dipakein tali, terus ditaroin taneman. Macem-macem deh. Ada juga yang pake batako/batu bata yang disemen. Ini mah niat banget. Biasanya ini dilakukan kalau ada lomba menghias gapura. Toko-toko material akan menjadi korban todongan orang-orang pada masa ini. Alesannya, buat mengisi kemerdekaan. :)
Bentuk Gapura dan gambarnya yang aku inget di jaman itu biasanya adalah:
1. Gambar pejuang yang lagi tereak mulutnya terbuka, sambil bawa bambu runcing. Badannya nga pake baju dan suka dikasih baret-baret kayak bekas luka. Terus, nga lupa pake iket kepala. Lho, kok kayak rambo ya? nga tau tuh, mungkin terinspirasi kale. :) Secara rambo jaman itu masih ngetop banget. Yang herannya, mukenye juga dimirip-miripin sama Sly. Jangan kelewat, pakaiannya harus compang camping.
2. Disamping gambar pejuang itu, biasanya ada gambar perawat yang pake topi suster. :) Tidak lupa, digambarkan dengan membawa tasnya. Nah, seringkali yang gambar itu nggak terlalu jago, jadinya gambar perawat itu jadi kayak laki juga. Huhuhu, apa nggak serem ya, pas lagi sakit abis kena pluru, eh ditolong sama suster yang kayak cowok. :)
3. Gambar prajurit ABRI. Atau tentara, atau polisi, atau pilot, atau sarjana, atau insinyur. Pokoknya gambar pekerjaan-pekerjaan deh. Nah, biasanya ini dilukis di sisi yang berbeda dengan gambar zaman perjuangan. kalau pejuang di kanan, profesi di kiri, biar seimbang. Ceritanya, supaya ada contoh keberhasilan perjuangan 45. Tidak lupa juga, di background ada gambar pesawat tempur, traktor, tiang pancang bangunan, dan gambar pabrik.
4. Gambar pahlawan. Nah, ini seringkali jadi bahan celaan. Seperti yang disebutkan sebelumnya, butuh keahlian dan kecermatan sang pelukis untuk bisa membuat gambar pahlawan mirip dengan aselinya. Sebab, kalau nga, bisa diledekin sama tetangga. Sering terdengar ucapan:, "ah..masa Diponegoro jidatnya jenong". "Huhuhu, masa Panglima Soedirman mukenye gitu, idungnya pesek". Atau, "Nga mirip, Pattimura kok bibirnya memble." Hehehe.. untungnya nggak dikasih ballon dialog, "Biar memble asal kece"
5. Pigura/frame berisi gambar pahlawan. Daripada ngeributin gambar yang nggak mirip, bibir yang jeding atau kuping yang caplang, biasanya suka diambil alternatif untuk hanya memasang foto sang pahlawan dalam pigura. Foto bisa di dapat di Lapangan Urip Jatinegara, atau di toko prapatan, Mesteer Cornelis. Harganya 100 rupiah sahaja.
6. Bendera panjang, dengan slogan. Ini juga trik buat RT yang nggak punya orang jago gambar. Cukup lukiskan bendera merah putih, dengan tempelan burung garuda di tengah. Biasanya, dibawah garuda itu akan di tulis "HUT Kemerdekaan RI ke XXX (lho..emang BF..hehehe). Atau: "Dirgayahu RI Ke.. XX (Softcore...hehehe). Tidak lupa, ada semboyannya juga, biasanya akan diawali dengan: "Dengan Semangat...." atau "Kita Songsong...", plus jargon-jargon Repelita, Pembangunan, Tinggal Landas, Hankamnas, Wawasan Nasional, bla-bla.
6. Foto Pak Harto dan ibu Tien. Aku nggak terlalu paham apa maksudnya ini? Supaya menang lomba gapura? Bisa jadi. Tapi sekali lagi ini dibutuhkan orang yang bisa melukis beneran.
Ada beberapa yang lain, tapi aku lupa. Tapi kira-kira begitu deh, Selain itu, biasanya akan ditambahkan dengan pot-pot bunga dari tetangga yang dipinjem selama bulan Agustus. Tidak lupa, orang yang paling dekat dengan gapura itu, akan punya kewajiban buat nyiremin taneman setiap pagi dan sore. Biar keliatan fresh gitu lho.
Selain itu, setiap RT juga wajib memejeng bendera merah putih kecil-kecil. Kalau dulu, benderanya satu doss itu 100 biji, harganya 250 perak. Bahannya kertas, belum banyak yang pake plastik. Ada dua versi, yang satu versi pabrik Leces, satu lagi...eerr..lupa. Pokoknya, kalau yang Leces lebih putih, sedangkan yang lain, agak item. Dulu, kertasnya masih tebal, gramaturnya bisa sampe 100 gr, terus turun jadi 80, sampe skr jadi 60 gram.
Bendera kertas itu, akan dipasang dengan cara di lem, pake lem sagu, dan dipancangkan dengan benang kasur. Ditempelin satu persatu gitu deh. Biasanya dipasang pas tanggal 10 Agustus ke atas, supaya nggak diambilin sama anak-anak. Waktu jaman interkom, bendera ini dipasang barengan dengan kabel interkom.
Ah, indahnya melihat bendera itu terpasang mengelilingi rumah dan kampung. Keinginan buat merobek harus ditahan sampe tanggal 17, sesudah itu, baru boleh deh diapain aja. Hehehe, sempat juga ada yang bikin jadi maenan kapal-kapalan atau pesawat terbang. Padahal kan nggak boleh ya?
Nah, demikian kira-kira pengalaman menjelang Tujuhbelasan di rumahku. Nanti, di bagian kedua, akan ada cerita tentang perlombaan-perlombaan yang diadain masa itu. Biasa nya kan, ada lomba gaple, catur, bulutangkis, tenis meja, maraton, dll. Sedangkan di bagian ketiga, Kak Toni akan menulis tentang pawai dan panggung Tujuhbelasan.
Merdeka!!!
Pendongeng: Kak Toni
Ada beberapa hal yang aku ingat saat masa itu di tahun 80an. Biasanya, di RT, yang sering dilakukan adalah dengan Kerja Bakti. kerja bakti yang biasanya diadakah seminggu sekali, suka ditambah pas hari Jumaat. Ada orang kelurahan yang datang dan menyiapkan truk sampah. Nah, pas hari Minggu, semua warga wajib datang, berkumpul di lapangan, atau langsung membersih kan kali di dekat rumah. Di dekat rumah ku itu ada kali yang sering banget kotor. Nah, kita akan mengangkut sampah yang ada disana.
Bapak-bapak dan remaja putra, wajib datang. Kalau nga, nanti Pak RT yang akan datang treak-treak di depan rumah sambil bawa ember. Huhuhu, pas Minggu pagi aku kan lagi nonton Unyil (jam 9.00), masa udah disuruh bantuin buat ke kali bersihin sampah. Nah, bagi Ibu-ibu remaja putri, biasanya diminta untuk siapin makanan atau teh manis bagi yang selesai kerja bakti.
Kerja bakti, biasanya selesai pas jam 1 atau jam 2-an di Minggu yang terik. Ini bersamaan dengan film malaikat, begitu biasa aku sebut (Highway to Heaven) atau film drama Brazil lainnya. Tapi, warga nga boleh pulang. Biasanya abis gitu, disuruh bantuin untuk persiapan bikin gapura. Gapura, yang biasanya udah dirapatkan sebelumnya akan dibentuk di depan gang kita. Bahananya, bisa macam-macam. Papan triplek bekas pembatas kontrakan. Atau batang bambu yang disusun diiket pake sabut. Kayu kaso yang dipakein tali, terus ditaroin taneman. Macem-macem deh. Ada juga yang pake batako/batu bata yang disemen. Ini mah niat banget. Biasanya ini dilakukan kalau ada lomba menghias gapura. Toko-toko material akan menjadi korban todongan orang-orang pada masa ini. Alesannya, buat mengisi kemerdekaan. :)
Bentuk Gapura dan gambarnya yang aku inget di jaman itu biasanya adalah:
1. Gambar pejuang yang lagi tereak mulutnya terbuka, sambil bawa bambu runcing. Badannya nga pake baju dan suka dikasih baret-baret kayak bekas luka. Terus, nga lupa pake iket kepala. Lho, kok kayak rambo ya? nga tau tuh, mungkin terinspirasi kale. :) Secara rambo jaman itu masih ngetop banget. Yang herannya, mukenye juga dimirip-miripin sama Sly. Jangan kelewat, pakaiannya harus compang camping.
2. Disamping gambar pejuang itu, biasanya ada gambar perawat yang pake topi suster. :) Tidak lupa, digambarkan dengan membawa tasnya. Nah, seringkali yang gambar itu nggak terlalu jago, jadinya gambar perawat itu jadi kayak laki juga. Huhuhu, apa nggak serem ya, pas lagi sakit abis kena pluru, eh ditolong sama suster yang kayak cowok. :)
3. Gambar prajurit ABRI. Atau tentara, atau polisi, atau pilot, atau sarjana, atau insinyur. Pokoknya gambar pekerjaan-pekerjaan deh. Nah, biasanya ini dilukis di sisi yang berbeda dengan gambar zaman perjuangan. kalau pejuang di kanan, profesi di kiri, biar seimbang. Ceritanya, supaya ada contoh keberhasilan perjuangan 45. Tidak lupa juga, di background ada gambar pesawat tempur, traktor, tiang pancang bangunan, dan gambar pabrik.
4. Gambar pahlawan. Nah, ini seringkali jadi bahan celaan. Seperti yang disebutkan sebelumnya, butuh keahlian dan kecermatan sang pelukis untuk bisa membuat gambar pahlawan mirip dengan aselinya. Sebab, kalau nga, bisa diledekin sama tetangga. Sering terdengar ucapan:, "ah..masa Diponegoro jidatnya jenong". "Huhuhu, masa Panglima Soedirman mukenye gitu, idungnya pesek". Atau, "Nga mirip, Pattimura kok bibirnya memble." Hehehe.. untungnya nggak dikasih ballon dialog, "Biar memble asal kece"
5. Pigura/frame berisi gambar pahlawan. Daripada ngeributin gambar yang nggak mirip, bibir yang jeding atau kuping yang caplang, biasanya suka diambil alternatif untuk hanya memasang foto sang pahlawan dalam pigura. Foto bisa di dapat di Lapangan Urip Jatinegara, atau di toko prapatan, Mesteer Cornelis. Harganya 100 rupiah sahaja.
6. Bendera panjang, dengan slogan. Ini juga trik buat RT yang nggak punya orang jago gambar. Cukup lukiskan bendera merah putih, dengan tempelan burung garuda di tengah. Biasanya, dibawah garuda itu akan di tulis "HUT Kemerdekaan RI ke XXX (lho..emang BF..hehehe). Atau: "Dirgayahu RI Ke.. XX (Softcore...hehehe). Tidak lupa, ada semboyannya juga, biasanya akan diawali dengan: "Dengan Semangat...." atau "Kita Songsong...", plus jargon-jargon Repelita, Pembangunan, Tinggal Landas, Hankamnas, Wawasan Nasional, bla-bla.
6. Foto Pak Harto dan ibu Tien. Aku nggak terlalu paham apa maksudnya ini? Supaya menang lomba gapura? Bisa jadi. Tapi sekali lagi ini dibutuhkan orang yang bisa melukis beneran.
Ada beberapa yang lain, tapi aku lupa. Tapi kira-kira begitu deh, Selain itu, biasanya akan ditambahkan dengan pot-pot bunga dari tetangga yang dipinjem selama bulan Agustus. Tidak lupa, orang yang paling dekat dengan gapura itu, akan punya kewajiban buat nyiremin taneman setiap pagi dan sore. Biar keliatan fresh gitu lho.
Selain itu, setiap RT juga wajib memejeng bendera merah putih kecil-kecil. Kalau dulu, benderanya satu doss itu 100 biji, harganya 250 perak. Bahannya kertas, belum banyak yang pake plastik. Ada dua versi, yang satu versi pabrik Leces, satu lagi...eerr..lupa. Pokoknya, kalau yang Leces lebih putih, sedangkan yang lain, agak item. Dulu, kertasnya masih tebal, gramaturnya bisa sampe 100 gr, terus turun jadi 80, sampe skr jadi 60 gram.
Bendera kertas itu, akan dipasang dengan cara di lem, pake lem sagu, dan dipancangkan dengan benang kasur. Ditempelin satu persatu gitu deh. Biasanya dipasang pas tanggal 10 Agustus ke atas, supaya nggak diambilin sama anak-anak. Waktu jaman interkom, bendera ini dipasang barengan dengan kabel interkom.
Ah, indahnya melihat bendera itu terpasang mengelilingi rumah dan kampung. Keinginan buat merobek harus ditahan sampe tanggal 17, sesudah itu, baru boleh deh diapain aja. Hehehe, sempat juga ada yang bikin jadi maenan kapal-kapalan atau pesawat terbang. Padahal kan nggak boleh ya?
Nah, demikian kira-kira pengalaman menjelang Tujuhbelasan di rumahku. Nanti, di bagian kedua, akan ada cerita tentang perlombaan-perlombaan yang diadain masa itu. Biasa nya kan, ada lomba gaple, catur, bulutangkis, tenis meja, maraton, dll. Sedangkan di bagian ketiga, Kak Toni akan menulis tentang pawai dan panggung Tujuhbelasan.
Merdeka!!!
Pendongeng: Kak Toni
30 Comments:
gitu dong updet, ampe karatan nih nunggunya ... hehe, thanks berat coz I love this blog so much.
Jadi inget juga ma masa-masa itu, tapi setelah reformasi kayaknya dah jarang ye ada gapura lagi...rindu juga sih masa-masa itu, mungkin karena itu peninggalan masa orde baru jadi dianggap kurang relevan ....
tapi apalah arti perayaan kemerdekaan buat jaman dimana arti nasionalisme dah luntur kaya sekarang....
Gue jadi inget dulu masang bendera kecil2 di RT gue. Yang ada gue berantem sampe gebuk2an sama yang megangin tangganya (dasar cowok geblek!!!) soale dia kedapatan ngintipin "cd" gue .. hihihi !!
Senangnya 17-an jaman dulu tuuu .. Akyu rinduuuuu hu hu hu hu ...
iya nehh,. lupp so mach this blog... lup5x..
kalu baca pasti slalu ketawa-ketiwi, balikin pikirin ke masa lalu..
indahhh Benerrr..
-piss-
kalo warga RTnya orangnya kaya-kaya (tajir), bendera yg kecil-kecilnya bukan pake kertas tapi pake plastik...nah..anak-anak kampung yg nggak mampu beli, pada nyuri malam-malam trus dipasang di kampungnya .hahh.ahehhe..e.e termasuk gw sih....
BaLL >> M E R D E K A *sambil tangan kanan megang burger McD, tangan kiri megang botol coca cola* :-D
MERDEKAAAAAAAAAAA !!!!
wahh.. kumerindukan saat-saat itu... Aku masih inget banget, coz Bapakku kan dulu ketua RW jadinya yah... gitu deh... kita2 jadi korban pertama hahah
Pot-pot taneman di rumah gue juga pernah dipinjem buat hiasan gapura. Selesai 17an, pot tanemannya gak balik. Panitianya juga gak tanggung jawab. Jadi kapok, deh.
koor 17 agustusan...
samakan suara "doooo"
tujuh belas agustus taun empat lima
itulah hari kemerdakaan kita
hari merdeka nusa dan bangsa
hari lahirnya bangsa INDONESIA
MER DE KA !!!
sekali merdeka tetap MER DE KA !
selama hayat masi dikandung badan
kita tetap setia
tetap sedia
mempertahankan Indonesia...
kita tetap.. setia... tetap.. sedia.. tetap... tetaaaaap...
17-an sekarang udah gak ada lagi pake kerja bakti dulu...taon 80 tuh emang masih bersatu padu gituh sama tetangga se erte..skarang blaaaaah bahkan bendera yg pasang bias dihitung dgn jari.
Emang JADUL tuh indah banget deh 17-an nya
lagi di rantau nih...jadi kangen 17an di indo.... tapi sekarang udah gak kayak gini lagi ya....
jadi inget masa TK, dulu gw shooting acara bu kasur buat edisi 17an. semua yang temen2 sekelas gw yang cewe pada pake pakaian daerah ato seragam suster, dan pada pake make-up... disaat gw didandanin sama nyokap gw pake kaos oblong putih, celana tukang sate warna item, iket kepala merah putih dan BAMBU RUNCING! persis kayak di point nomer 1....
yang gw inget dulu kalo perayaan 17an itu meriah banget.
ada panggung, yang nampilin vokal group dan tari2an pake kipas (lagu sakura ngetop banget taon2 itu)
sekarang acara panggung nya apa ya? *jarang liat*
Kalau 17 ala desa2 Cangkringan di lereng Merapi (tetangga Mbah Maridjan) cukup meriah dengan beberapa perlombaan. Salah satu yang paling ditunggu warga Cangkringan adalah lomba balap sepeda onthel (bukan balap) di lapangan kecamatan setelah upacara 17-an. Lomba dilangsungkan dengan mengelilingi lapangan bola rumput selama 5-8 lap.
Disitulah 'manhood' dan tempaan alam anak lereng gunung dibuktikan. Biasanya pemenangnya onthelis dari kawasan desa Cangkringan lebih tinggi, karena secara natural setiap hari menjalani rute tanjakan Tour de Merapi. Anak-anak dari lereng yang lebih rendah biasanya sudah kalah nafas.
Sayang sekarang sudah tidak ada lagi karena sudah tidak ada lagi anak muda yang mau naik sepeda 'onthel'.
dulu di komplek akyuh.. sebelum 17an suka ada lomba dance, lawak, nyanyi, tari dll pokona yg temana kesenian yg diadain di gedung serbaguna komplek.trus abis 17an, malemna suka ada panggung hiburan.. penyanyina suka banged nyanyiin laguna anggun yang Tua tua Keladi.. ato dangdutanz...trus suka ada pembacaan pemenang lomba sebelum 17an. ekekkkekkek..
jadi inged waktu SMP n SMA.. menjelang 17an gw sih ga sibuk ma kerjabakti secara itu hanya bokap n nyokap yg ikutan berpartisipasi. tapi gw sibuk nyiapin rok putih, hem lengan panjang putih, kaos kaki putih, kaos tangan putih, slayer merah, sepatu hitam n peci plus pin burung garuda. yaakkkz... waktu itu di daulat jadi anggota paskibraka di kabupaten... deg degan juga sihh walaupun udah berlatih dipuluhan hari kebelakang...
jadi kangen..... :(
- Yz -
Kalo RTnya kreatif kadang2 anak2 dikerahkan untuk pawai seputaran dengan berbagai macam baju daerah hahaha juga sepeda2 mini dihias macem2.
Whaa...kangeeen...
Waktu tahun 80an, acara 17an kyaknya seru banget tuh. Perlombaan2nya seru2 banget. Selain lomba makan krupuk *gigi gw csampe copot tuh!*, yang ga bisa lupa tuh lomba nangkep belut. Duileee tuh belut licin2 banget yah? Saking keselnya, gw ambil aja tuh tanah lapangan and si belut akhirnya bisa kepegang. Jadi juara deh...*untung ga ktauan curang..hehehe*
Smua lomba pengen ikut d pokoknya. Sampe panitia kesusahan ngatur gw... *sneng baget liat tampang panitia yg panik waktu itu*
Ayo kakak2... next gathering adain perlombaan kyak gitu lg yah. Biar seru... sekalian nostalgia.. =p
Merdeka!!!
hemm...jd inget dulu wkt sd dapet juara gerak jln,hadiahnya anduk kecil,truz setiap ada panggung gitu,gw pasti joget,yg plg inget dulu nari diiringi lagunya chica kuswoyo(kabarnya sih waktu itu chica pacaran ma rico tampati) yg judulnya gejolak kawula muda,klo ga salah lyricnya ada yg gini nih:...asiknya bercinta gejolak kawula muda,bersatu bersama didalam...bunga bunga cinta...,.udah gitu ada musik kaya breakdance gitu...deng deng deng deng deng,...pokonya gitu deh he3,dulu anak2 kampung gw termasuk gw lah,pasti klo nari suka ada gaya ayam gibrig,caranya : bahu digoyang gibrig sambil badan condong kedepan dan kebelakang......kostumnya dulu pake kaos sama celana panjang plus ikat kepala pake pita bendera kecil masya ALLAH jayuuus abess pokonya...hehehehe,truz temen gw heben bgt dulu pd nari jaipong pake holahup,ah jadi kangen masa msh cimut dulu...
Aduh.. jadi ingat waktu berkontribusi pentas tingkat RW. Saya menciptakan puisi dan lagu secara "kolosal kecil-kecilan" (pham nggak yah..?). Saya melatih anak2 kecil RT saya . Waktu itu masih kuliah semester 1, kalau ada praktikum kimia analisa pulangnya menjelang maghrib..anak2 setia nunggui..Pentasnya ada yang dandan petani, dokter, juru rawat, pramuka dsb..
Tahun ini waktu pulang kampung, ketemu beberapa dari mereka.. Yang dulu imut masih kecil2.. eee.. sekarang udah pada punya anak.. emang udah lama sih..tak terasa 20 tahun yg lalu..
ttd dan salam kenal
faza
DULU, sebel karena ga pernah bisa ikutan pawai tujuhbelasan karena bonyoks ga jago menghias sepeda-ku pun...
SEKARANG, rajin ikutan pawai tujuhbelasan... hihihi...
secara gw ga pengen my rayi sebel ma emak nya kelak karena ga mau menghias sepedanya tuk pawai...
merdekkaaahhhh!!!!
Bener juga ya miss so much those moments...ketika ikut lomba makan kerupuk, memasukkan paku dalam botol, walau hadiahnya gak seberapa..hehehe, namun dulu selalu ku tunggu datangnya 17-an, kemeriahannya dan suasananya..tp skr dah luntur susana spt dulu, udah ogah2an lebih baik di rumah nonton film yang memang menarik daripada liat dan ikut lomba...sampai seperti ini nasib bangsa ini...kemunduran yang sangat memalukan, kemunduran moral, kesejahteraan rakyat dan kemunduran budaya...skr ini indonesia adalah bangsa yg banyak merugi ..malu kita dgn para pejuang yang gugur ketika berjuang, karena nyawanya terkorban dgn sia-sia jika kondisi bangsa ini spt skr...MERDEKA!!!
Wah, kak Tony ini ingetannya tajam betul yach...? Aku aja udah banyak yang kelupaan.....Tapi, baca cerita kak Tony....La da lah.....jadi inget semua....aku bacanya ampe cekikikan sendiri kayak orgil alias orang gila. Abis kok ya deskripsinya pas betul. Salut kak....terusin ceritanya ya...ampe kita-kita nich pada ketiduran...saking puasssssnya! haha.....Hidup era 80-an!!! Merdeka....
jadul is the best
salam kenal ya. mas
merdeka
judul nya bagus jg bleh tu?
bikin panggung 17 pake papan, ditaro diatas drum minyak biar tinggian dikit. lantai panggung & background pake karpet, tulisan "DIRGAHAYU INDONESIA KE xXX" trus ada lambang garuda pancasila, hiasan balon + potongan kertas krep.. gwe masih SD main kibor merk CASIO stand kibornya pake meja kelurahan :))
iya, tujuh belasan, inget panjat pinang, pinangnya dikasih oli jadi pada item semua, terus gebukan bantal diatas kali. ndak penting hadiahnya, tapi rasa kebersamaan satu lingkungan gede banget waktu itu
setuju!! tahun segitu acara 17 agustus dinanti nanti banget, lomba anak anak yg ditunggu tunggu seperti memasukan jarum dlm benang, makan kerupuk, pensil dlm botol. Buat ibu ibu mereka sibuk bikin nasi tumpeng untuk malam 17an. Yang bapak bapak rukun kerja bakti. Malam harinya pentas seni, ibu2 PKK koor nyanyi bareng2, pokoknya tahun 1980an adalah tahun yang damai, rukun, ngga ada tuh antree beras, minyak tanah, hraga bahan pokok murah. Jadi kangen ma Mantan president kita SUharto.
akur! jaman 80-an emang aman sentausa. jaman reformasi orang2 malah jadi pada bengis dan brutal ngga mau diatur. Ketertiban masyarakat itu mutlak kalau mau negara aman, hukum berat para koruptor dan bubarkan DPR! heheh..
sangat jauh terasa perbedaan jaman.. bagi kita yg merasakan tahun 80-an pasti akan rindu masa-masa itu yg aman, damai dan bersatu saling menghargai antar umat beragama. perayaan 17-an masa itu benar-benar penuh nuansa nasionalisme dan cinta tanah air yg kental. sebelum perayaan 17-an juga kita disuguhkan berbagai film perjuangan yg membangkitkan kecintaan kita kepada indonesia.. sekarang semua itu sudah hilang dan sangat berbeda suasananya.. andai bisa sebentar saja ke masa itu merasakan kembali alangkah bahagianya
Yang paling gue rindukan dari tahun 1980-an:
- Ngga ada azan di tipi dan radio
- Ngga ada FPI dan sejenisnya
- Ngga ada teroris dan simpatisannya
- Ngga ada yang berjilbab. Kalaupun ada, paling 1 dari 500 muslimah, itupun ngga ada yang berjilbab kayak ninja/taliban
- Ngga ada jumatan/pengajian yang sampai ngambil badan jalan dan macetin jalan raya
- Ngga ada balita dikarungin (dijilbabin) karena hampir ngga ada pedofil waktu itu
- Ngga ada nenek dijilbabin karena ngga ada yang menderita oedipus complex
- Ngga ada ibu guru berjilbab. Ngucapin salam di kelas juga selamat pagi/siang/sore
- Ngga ada sinetron islami
- Ngga ada ustad poligamer yang juga jadi selebriti
Post a Comment
<< Home