Saturday, December 30, 2006
Indonesia di Asian Games 1982 dan 1986
Waktu sekolah dulu pasti pernah disuruh ngapalin urutan tuan rumah pesta olahraga multi event. Baik itu yang lokal seperti PON, maupun yang antar negara seperti Sea Games, Asian Games, hingga Olympiade. Masih apal nggak? :D Pernah bingung juga nggak bahwa ASIAN Games itu ternyata bukan pesta olahraga negara2 ASEAN... beda atuh, meskipun pengucapannya mirip :p
Asian Games adalah pesta olahraga negara2 Asia yang diadain empat tahun sekali. Udah pada tau ya? kebangetan kalo masih bingung. Kebetulan baru lewat Asian Games ke XV di Doha, Qatar, 1 - 15 Desember 2006 ini, dengan pencapaian kontingen Indonesia yang yaaaaa... gitu deh...
Padahal tau nggak kalo Indonesia itu pernah lo meraih posisi sebagai pengumpul medali terbanyak kedua! iya, KEDUA! hebat nggak tuh. Tapi ya.... itu terjadi waktu Indonesia jadi tuan rumah di tahun 1962 :D hehehe.. ditambah lagi Cina masih absen dari perlombaan ini. Yang nomer satu Jepang dengan 73 emas, Indonesia di tempat kedua dengan... errr... 11 emas. Jaooh banget! yang penting nomer dua :p Memang.. sejak pertama diadakan hingga saat ini hampir selalu didominasi oleh atlit dari negara 'ras kuning': Jepang, Cina, Korsel, dan Korut. Keempat negara itu biasanya meraih hingga ratusan medali emas, sementara negara lain di bawahnya hanya mampu mengumpulkan beberapa hingga puluhan medali emas saja.. kenapa ya?
Karena ini blog 80-an, maka yang dibahas tentunya dibatasi pada apa yang terjadi di dekade 80-an doang. Di 80-an, Asian Games diselenggarakan 2 kali. Asian Games ke-sembilan di New Delhi, India, dan Asian Games ke-sepuluh di Seoul, Korea Selatan. Berikut rekap singkat dari pencapaian Indonesia di kedua event itu.
Asian Games IX, New Delhi
Dari tanggal 19 November hingga 4 Desember 1982 di New Delhi, India, 4595 atlit dari 33 negara berebut 613 medali di 21 cabang olahraga. Ini untuk kedua kalinya India jadi tuan rumah, setelah Asian Games pertama tahun 1951. Dan kali ini yang jadi maskot adalah anak gajah yang bernama Appu.
Angkat Besi
Medali pertama untuk Indonesia adalah medali perunggu, yang diraih Maman Suryaman (20 th) di cabang angkat besi kelas terbang. Yang menakjubkan adalah, siang hari sebelum bertanding bobot Maman adalah 55 kg, padahal dia bertanding di kelas 52 kg. Demi bisa bertanding, pelatihnya segera 'menyekap' Maman di dalam sauna bersuhu 110 derajat! (nggak disebutkan dalam skala Celcius atau Fahrenheit, tapi mestinya fahrenheit kali ya, kalo Celcius pasti udah jadi Maman Kukus Asam Manis tuh :D) Dan akhirnya bobotnya berhasil diturunkan 3 kg!.. yo, sana gih yang pada mau nurunin berat badan, cobain sauna 110 derajat :D..
Panahan
Medali perak pertama, dari panahan beregu putra yang terdiri dari Suradi Rukimin, Tatang Ferry Budiman, dan "Robin Hood Indonesia" Donald Pandiangan.
Renang
Lukman Niode meraih tiga medali perunggu perseorangan dalam nomor 200 m gaya punggung, 100 m gaya punggung, dan 100 meter gaya bebas. Tiga perunggu lagi disumbangkan dari nomer estafet 4x100 meter gaya bebas putra, 4x200 meter gaya bebas putra, dan 4x100 meter gaya ganti putra.
Tenis Lapangan
Di cabang ini Regu Putra Indonesia yang dimotori Tintus Arianto Wibowo, Hadiman dan Yustedjo Tarik meraih EMAS PERTAMA bagi Indonesia setelah di final mengalahkan India 2-1. Nggak terlalu mengejutkan sih, secara pada saat itu regu putra tenis Indonesia adalah juara bertahan AG sebelumnya dan juga baru saja masuk 16 besar Piala Davis 1982.
Yang lumayan mengejutkan adalah saat si bengal Yustedjo Tarik ternyata mampu mempersembahkan emas di nomor tunggal putra, setelah di final mengalahkan Juara Asia 1981 asal Korsel Kim Choon Ho 6-3, 6-7, 6-3. Padahal tau nggak, Yustedjo ini nyaris dicoret dari tim Asian Games karena suka bolos pelatnas!
Bulutangkis
Di cabang olahraga andalan Indonesia ini sempat dibikin ketar-ketir karena komite pelaksana Asian Games bikin2 masalah soal status Liem Swie King dan Verawaty yang dianggap bukan pemain amatir lagi. Kayaknya sih gara2 atlit andalan India sendiri Prakash Padukone terkena masalah yang sama dan tidak bisa main di Asian Games ini. Huh.. nggak mau sial sendirian ya Kash? :p Untunglah akhirnya bisa diselesaikan dan King-Vera bisa maen.
Di pertandingan beregu, tim putra kita harus mengakui keunggulan Cina 2-3 di final. Nasib lagi jelek memang, soalnya di bulan Mei 82 sebelumnya tim putra kita juga digagalkan oleh Cina di final Thomas Cup... hiks, padahal ada Liem Swie King ama Icuk Sugiarto loh!
Lengkapnya Liem Swie King vs Han Jian 9-15, 2-15, Icuk Sugiarto vs Luan Jin 15-9, 15-8; Kartono/Heryanto vs Sun Zhinan/Yao Ximing 12-15, 8-15; Christian/King vs Lin Jiangli/Luan Jin 15-8,15-11; dan Hadiyanto vs Chen Changjie 10-15, 9-15.
Beregu Putri, Verawaty Fajrin dkk keok petok petok di tangan Korea Selatan 1-4 di perempat final.
Pencapaian di nomer perorangan lumayan lebih baik, dapet 2 emas. Ada All Indonesian Final di ganda campuran antara Christian/Ivana melawan Icuk/Ruth Damayanti, yang dimenangkan oleh Christian/Ivana. Ganda campuran dari Cina dan Korsel nonton aja deh. Di ganda putra Christian/Icuk berhasil menggulung ganda Cina Luan Jin/Lin Jiangli 15-6, 15-8, di final dan mempersembahkan medali emas. Icuk dan Christian pun layak jadi pahlawan.
Sayangnya Liem Swie King kayaknya lagi demam panggung banget ditinggal oleh Rudy Hartono. Di final tunggal putra dia kembali ditaklukkan musuh bebuyutannya Han Jian 18-16, 15-10 dalam pertarungan straight set yang sangat ketat. Padahal di set pertama King sempat unggul jauh 10-0! Dalam satu kali service Han Jian bisa langsung menyusul 9 angka aja gitu... Haloow King!?.. lagi ngeblank yah? :D
Atletik
Sprinter andalan Indonesia Purnomo (21) berhasil masuk final 100 meter putra, tapi hanya menduduki peringkat ke-4 dengan catatan waktu 10.80 detik. Di nomer paling bergengsi ini Rabuan Pit asal Malaysia menjadi manusia tercepat Asia dengan membukukan waktu 10.68 detik. Dan di bagian putri Lidya De Vega atlit cantik asal Filipina menjadi ratunya.
***
Perolehan akhir kontingen Indonesia di Asian Games IX New Delhi adalah 4 emas, 4 perak, dan 7 perunggu. Indonesia berada di posisi ke-6 setelah Cina, Jepang, Korsel, Korut, dan India. Di bawah perolehan Asian Games VIII di Bangkok, yang berhasil meraup 8 emas.
Ditutup pada tanggal 4 Desember 1982 di stadion Jawaharlal Nehru, New Delhi. Secara umum berlangsung lancar lah, meskipun ada sedikit kekacauan dalam pembagian medali di cabang angkat besi dan balap sepeda. Juga ada sedikit suasana panas, karena dua negara yang sedang perang ketemu di ajang ini, Iran dan Iraq.
Di Asian Games 1982 ini adalah saat mulai menggeliatnya kekuatan Cina, hingga mampu mematahkan dominasi Jepang yang sejak Asian Games I tahun 1951 selalu menempati posisi pertama dalam pengumpulan medali. Mulai saat itu Cina-lah yang selalu memimpin perolehan medali hingga saat ini... sayonara.
Asian Games X, Seoul, Korea Selatan
Dengan berkekuatan sejumlah 203 atlet yang mengikuti 22 cabang olahraga, kontingen Indonesia ditargetkan meraih posisi ke-4 dalam pengumpulan medali. Itu kata ketua umum KONI pusat Surono. Ambisius banget yah.... Dia ngremehin India, yang dipikir di AG sebelumnya bisa posisi ke-5 karena faktor tuan rumah. Lalu kebetulan ditambah lagi Korea Utara yang di AG XI berada di posisi 4, di AG kali ini nggak mau ikut karena penyelenggaranya adalah musuh bebuyutan. Jadilah pak Surono berani pasang target posisi ke-4... yakin pak? tau bener nggak sama peta kekuatan sendiri dan lawan?
Diadain dari tanggal 20 September sampai 5 Oktober 1986 di Seoul, Korea Selatan. Event ini bagi Korsel adalah sekalian sebagai ajang ujicoba semua venue dan pemanasan sebelum mereka jadi tuan rumah Olimpiade 1988. Jumlah kontingen, peserta dan cabang olahraga menurun dari AG sebelumnya. Ada 27 negara, dengan 3345 atlit memperebutkan 837 medali di 25 cabang olahraga.
Kontingen Indonesia sempat mengancam akan memboikot cabang senam ketika tiga atlet pesenam ciliknya Eva, Hesty, dan Esther tidak diperbolehkan tampil karena baru berusia 13 tahun. Sedangkan peraturan dari Persatuan Senam Asia memberi batasan umur minimal adalah 15 tahun. Akhirnya ketiga atlet tersebut diperbolehkan tampil tapi hanya sebatas eksibisi.
Angkat Besi
Sama persis dengan di AG sebelumnya, medali pertama bagi Indonesia adalah medali perunggu dari cabang angkat besi. Dirdja Wihardja (20) dapet nemu di kelas bantam 56 kg.
Renang
Medali perunggu kedua diraih oleh Wirmandi Sugriat (15) dari cabang renang di nomer 200 meter gaya dada. Selanjutnya cabang renang juga mempersembahkan medali perunggu di nomer estafet 4x100 meter gaya ganti putra, oleh Lukman Niode, Sabeni Sudiono, Wirmandi Sugriat, dan Daniel Arief Budiman. Lukman Niode yang cukup berprestasi di AG sebelumnya, kali ini nggak mampu berbuat banyak... dah ketuaan kali.
Tenis Lapangan
Beregu putra, Yustedjo, Tintus dkk berhasil membabat India 3-0 di perempat final, tapi harus menyerah kalah di semifinal oleh Korsel 1-2. Di perebutan tempat ketiga semakin terpuruk dijegal Thailand 3-0. Juara bertahan akhirnya nggak dapat medali sama sekali :(
Sementara beregu putri yang mengandalkan Suzanna Anggarkusuma dan Yayuk Basuki juga terhenti di semifinal dikalahkan regu putri Cina 1-2. Tapi mereka masih berhasil merebut medali perunggu dengan mengalahkan Jepang 3-0!
Tenis perorangan, ganda putri Indonesia Suzanna/Yayuk sukses membungkam ganda tuan rumah Shin Soon-ho/Park Yang-ja 0-6, 6-3, 6-1 (buseeet, pake kasih voor 0-6 gitu di set pertama!) di semi final. Di final melawan pasangan Korea lainnya Kim Il Soon/Lee Jung Soon, Suzanna Anggarkusuma dan Yayuk Basuki, yang saat itu baru berusia 16 tahun, berhasil mencuri MEDALI EMAS SATU2NYA di Asian Games kali ini dengan skor 6-3, 6-7(4-7), 6-4. Bravo..!
Tambahan medali perunggu diperoleh dari ganda putra oleh Wailan Walalangi dan Sulitiyono setelah mengalahkan pasangan Filipina. Medali perunggu juga diperoleh dari ganda campuran Tintus/Suzanna yang kayaknya setelah ini jadi makin lengket dan akhirnya berakhir di pelaminan :D
Tinju
Adrianus Taroreh tampil memukau di perempat final kelas bulu dengan mengkanvaskan Nasser Ahmad asal Pakistan. Di semifinal mengalahkan William John dari India. Sayangnya saat di final menghadapi petinju tuan rumah Park Kyeong-ok, Adrianus harus juga menghadapi juri yang tidak adil. Meskipun di dua ronde pertama Adrianus jelas2 mendominasi pertarungan, dia dinyatakan kalah angka telak 5-0! Adrianus Taroreh harus puas dengan medali perak. Koran2 bilang kalo medali emas Adrianus Taroreh "Dirampok"!! Petinju Filipina yang juga seharusnya menantang petinju tuan rumah di final bahkan mending nggak main daripada dicurangin juri.
Sepakbola
Indonesia berada di grup C bersama Arab Saudi, Qatar dan Malaysia. Pelatih Bertje Matulapelwa menargetkan mampu lolos ke perempat final. Kesebelasan Indonesia diperkuat oleh striker Adolof Kabo dan Ricky Yacob, lini tengah oleh Elly Idris, Zulkarnain Lubis, Yonas Sawor, dan Berty Tutuarima, sementara bagian pertahanan adalah Robby Darwis, Robby Maruanaya, Marzuki Nyak Mad, dan Jaya Hartono, serta kiper andalan Ponirin Meka.
Diawali dengan kejutan mampu menahan seri 1-1 Qatar berkat gol dari penyerang tengah asal Manokwari, Adolof Kabo. Lalu saat melawan Arab Saudi, hingga 8 menit menjelang pertandingan berakhir Indonesia sanggup bertahan 0-0. Tapi apa daya di sisa waktu itu Ponirin kebobolan 2 gol.. Huaaaah!! huhuhuhu...
Melawan Malaysia, jika Indonesia mampu menang 3-0 maka akan langsung mendampingi Arab Saudi ke perempatfinal. Tapi Indonesia hanya mampu unggul 1-0 berkat gol dari Jonas Sawor di menit ke 35. Indonesia akhirnya memastikan lolos ke perempat final setelah Arab Saudi mengalahkan Qatar 1-0. Sempet ada kekhawatiran kalo Arab Saudi main lirik2an sama Qatar, sengaja ngalah biar Qatar yang maju di perempat final. Untungnya sih enggak... :)
Berhadapan dengan Uni Emirat Arab di perempat final, Indonesia harus bertarung adu penalti setelah skor bertahan 2-2 hingga perpanjangan waktu. Dua gol untuk Indonesia dicetak oleh Ricky Yacob (49') dan gol bunuh diri (horeee!! ada yang talal!.. hihihi) pemain UAE saat perpanjangan waktu. Di adu penalti Ponirin Meka menjadi pahlawan setelah berhasil menepis dua tendangan pemain UAE, sementara Indonesia berhasil melesakkan 4 gol oleh Sumardi, Ricky Yacob, Sutrisno dan Adolof Kabo. Hanya Robby Darwis yang gagal mengeksekusi penalti. Indonesia pun menang 6-5, melaju ke semi final menantang Korea Selatan.
Tapi ya Korea Selatan yang langganan Piala Dunia itu memang terlalu tangguh buat kesebelasan Indonesia. Di semi final harus menerima kekalahan telak 0-4!. Tambah sial lagi di perebutan tempat ketiga, Indonesia digunduli 0-5 oleh Kuwait... gundul dah.. plontos kayak permen kojak!
Tapi paling nggak pencapaian kesebelasan Indonesia hingga semifinal Asian Games ini tetap dikenang sampai sekarang. Kapaaaan.. ya, bisa begitu lagi?
Bulutangkis
Cabang bulutangkis di AG ke-sepuluh ini Indonesia gagal total. Keok keok, petok petok beneran. Regu putra Indonesia yang dimotori Icuk Sugiarto kalah 2-3 dari Korea Selatan di semifinal. Regu putri yang mengandalkan Sarwendah juga kalah 2-3 dari Jepang di semifinal.
Di nomor perorangan juga paceklik medali. Salah satunya karena Korea Selatan banyak main curang di penjagaan garis. Icuk Sugiarto bahkan walk out tidak mau melanjutkan pertandingan di perempat final saat melawan pemain yunior Korsel Park Sung-bae.
Paling top cuma sampai babak semifinal. Liem Swie King/Bobby Ertanto tumbang di semifinal di tangan ganda Cina Tian Bingyi/Li Yongbo. Dan ganda putri Rosiana Tendean/Imelda Kurniawan tertahan di semifinal oleh pasangan Korsel Kim Yun-ja/Sang Hee-yoo. Ditambah dari beregu cuma dapet 4 perunggu doang!
Atletik
Dari atletik, Indonesia tetep nggak bisa bicara banyak. Purnomo yang kembali berhasil masuk final nomer paling bergengsi 100 meter putra, berada di nomer buncit di pertandingan final.
Gelar manusia tercepat Asia di Asian Games kali ini, dengan memecahkan rekor Asia 10.30 detik, diraih oleh pelari Qatar, TALAL MANSOOR... (Huahahahaha!.. talal luh! :p). Di nomor 100 meter putri Lydia De Vega asal Filipina berhasil mengalahkan saingan beratnya PT Usha dari India. Tapi PT Usha tetap berjaya dan menjadi Ratu Asian Games kali ini dengan total meraih 4 emas 1 perak.
Tae Kwon Do, Balap Sepeda, Layar dan Boling
Atlet Tae Kwon Do Indonesia malah yang tampil mengejutkan dengan meraih 3 perak dan 1 perunggu. Medali perak disumbangkan oleh Yefi Triaji di kelas 50 kg, Abdul Rozak di kelas Bantam, dan Lamting di kelas Welter (ini Lamting yang kemudian jadi bintang film laga itu yah?...). Perunggu diraih oleh Budi Setiawan di kelas terbang.
Satu perak lagi disumbangkan oleh pebalap sepeda Fanny Gunawan di nomer jalan raya jarak 179.2 km, yang kekalahannya ditentukan oleh foto finis karena menyentuh finis nyaris bebarengan dengan pebalap tuan rumah.
Medali perunggu lain disumbangkan dari cabang layar oleh Abdul Malik Faisal, serta dari Boling oleh Poppy Tambis dan trio boling putri Srie Mulyani, Charlotte Syamsuddin dan Fenny Tjahyo.
Total jendral medali untuk Indonesia di Asian Games ke-sepuluh ini adalah 1 emas, 5 perak, dan 14 perunggu. Jumlah totalnya memang lebih banyak daripada AG sebelumnya, tapi jumlah medali emasnya melorot jauh. Posisi Indonesia pun hanya bisa berada di nomer 9, jauh dari target ambisius yang dipasang ketua KONI. Di atas Indonesia, selain tiga negara superpower Asia, Cina, Jepang dan Korsel, ada Iran, India, Filipina, Thailand, dan Pakistan yang melompati posisi Indonesia.
Korea Selatan yang membabi buta berusaha menangguk medali dengan segala cara, berhasil mencapai target untuk menyisihkan Jepang dan merebut posisi kedua. Bahkan nyaris menjegal Cina. Cina dengan 94 emas, Korsel dengan 93 emas.
***
Nah, itulah hasil yang diperoleh kontingen Indonesia di ajang Asian Games selama tahun 80-an. Tidak terlalu membanggakan memang. Tapi jelas lebih baik daripada hasil Asian Games XV di Qatar kemaren. Indonesia cuma mampu berada di posisi ke 22! ... hiks, hiks, hiks.. Bahkan di bawah negara kecil kayak Singapore dan Vietnam!!
Ayo dong olahraga Indonesia... bangkit lagi napa?!
Komentator: Q
Sumber: Wikipedia, dan Kompas edisi November-Desember 1982, September-Oktober 1986.
Asian Games adalah pesta olahraga negara2 Asia yang diadain empat tahun sekali. Udah pada tau ya? kebangetan kalo masih bingung. Kebetulan baru lewat Asian Games ke XV di Doha, Qatar, 1 - 15 Desember 2006 ini, dengan pencapaian kontingen Indonesia yang yaaaaa... gitu deh...
Padahal tau nggak kalo Indonesia itu pernah lo meraih posisi sebagai pengumpul medali terbanyak kedua! iya, KEDUA! hebat nggak tuh. Tapi ya.... itu terjadi waktu Indonesia jadi tuan rumah di tahun 1962 :D hehehe.. ditambah lagi Cina masih absen dari perlombaan ini. Yang nomer satu Jepang dengan 73 emas, Indonesia di tempat kedua dengan... errr... 11 emas. Jaooh banget! yang penting nomer dua :p Memang.. sejak pertama diadakan hingga saat ini hampir selalu didominasi oleh atlit dari negara 'ras kuning': Jepang, Cina, Korsel, dan Korut. Keempat negara itu biasanya meraih hingga ratusan medali emas, sementara negara lain di bawahnya hanya mampu mengumpulkan beberapa hingga puluhan medali emas saja.. kenapa ya?
Karena ini blog 80-an, maka yang dibahas tentunya dibatasi pada apa yang terjadi di dekade 80-an doang. Di 80-an, Asian Games diselenggarakan 2 kali. Asian Games ke-sembilan di New Delhi, India, dan Asian Games ke-sepuluh di Seoul, Korea Selatan. Berikut rekap singkat dari pencapaian Indonesia di kedua event itu.
Asian Games IX, New Delhi
Dari tanggal 19 November hingga 4 Desember 1982 di New Delhi, India, 4595 atlit dari 33 negara berebut 613 medali di 21 cabang olahraga. Ini untuk kedua kalinya India jadi tuan rumah, setelah Asian Games pertama tahun 1951. Dan kali ini yang jadi maskot adalah anak gajah yang bernama Appu.
Angkat Besi
Medali pertama untuk Indonesia adalah medali perunggu, yang diraih Maman Suryaman (20 th) di cabang angkat besi kelas terbang. Yang menakjubkan adalah, siang hari sebelum bertanding bobot Maman adalah 55 kg, padahal dia bertanding di kelas 52 kg. Demi bisa bertanding, pelatihnya segera 'menyekap' Maman di dalam sauna bersuhu 110 derajat! (nggak disebutkan dalam skala Celcius atau Fahrenheit, tapi mestinya fahrenheit kali ya, kalo Celcius pasti udah jadi Maman Kukus Asam Manis tuh :D) Dan akhirnya bobotnya berhasil diturunkan 3 kg!.. yo, sana gih yang pada mau nurunin berat badan, cobain sauna 110 derajat :D..
Panahan
Medali perak pertama, dari panahan beregu putra yang terdiri dari Suradi Rukimin, Tatang Ferry Budiman, dan "Robin Hood Indonesia" Donald Pandiangan.
Renang
Lukman Niode meraih tiga medali perunggu perseorangan dalam nomor 200 m gaya punggung, 100 m gaya punggung, dan 100 meter gaya bebas. Tiga perunggu lagi disumbangkan dari nomer estafet 4x100 meter gaya bebas putra, 4x200 meter gaya bebas putra, dan 4x100 meter gaya ganti putra.
Tenis Lapangan
Di cabang ini Regu Putra Indonesia yang dimotori Tintus Arianto Wibowo, Hadiman dan Yustedjo Tarik meraih EMAS PERTAMA bagi Indonesia setelah di final mengalahkan India 2-1. Nggak terlalu mengejutkan sih, secara pada saat itu regu putra tenis Indonesia adalah juara bertahan AG sebelumnya dan juga baru saja masuk 16 besar Piala Davis 1982.
Yang lumayan mengejutkan adalah saat si bengal Yustedjo Tarik ternyata mampu mempersembahkan emas di nomor tunggal putra, setelah di final mengalahkan Juara Asia 1981 asal Korsel Kim Choon Ho 6-3, 6-7, 6-3. Padahal tau nggak, Yustedjo ini nyaris dicoret dari tim Asian Games karena suka bolos pelatnas!
Bulutangkis
Di cabang olahraga andalan Indonesia ini sempat dibikin ketar-ketir karena komite pelaksana Asian Games bikin2 masalah soal status Liem Swie King dan Verawaty yang dianggap bukan pemain amatir lagi. Kayaknya sih gara2 atlit andalan India sendiri Prakash Padukone terkena masalah yang sama dan tidak bisa main di Asian Games ini. Huh.. nggak mau sial sendirian ya Kash? :p Untunglah akhirnya bisa diselesaikan dan King-Vera bisa maen.
Di pertandingan beregu, tim putra kita harus mengakui keunggulan Cina 2-3 di final. Nasib lagi jelek memang, soalnya di bulan Mei 82 sebelumnya tim putra kita juga digagalkan oleh Cina di final Thomas Cup... hiks, padahal ada Liem Swie King ama Icuk Sugiarto loh!
Lengkapnya Liem Swie King vs Han Jian 9-15, 2-15, Icuk Sugiarto vs Luan Jin 15-9, 15-8; Kartono/Heryanto vs Sun Zhinan/Yao Ximing 12-15, 8-15; Christian/King vs Lin Jiangli/Luan Jin 15-8,15-11; dan Hadiyanto vs Chen Changjie 10-15, 9-15.
Beregu Putri, Verawaty Fajrin dkk keok petok petok di tangan Korea Selatan 1-4 di perempat final.
Pencapaian di nomer perorangan lumayan lebih baik, dapet 2 emas. Ada All Indonesian Final di ganda campuran antara Christian/Ivana melawan Icuk/Ruth Damayanti, yang dimenangkan oleh Christian/Ivana. Ganda campuran dari Cina dan Korsel nonton aja deh. Di ganda putra Christian/Icuk berhasil menggulung ganda Cina Luan Jin/Lin Jiangli 15-6, 15-8, di final dan mempersembahkan medali emas. Icuk dan Christian pun layak jadi pahlawan.
Sayangnya Liem Swie King kayaknya lagi demam panggung banget ditinggal oleh Rudy Hartono. Di final tunggal putra dia kembali ditaklukkan musuh bebuyutannya Han Jian 18-16, 15-10 dalam pertarungan straight set yang sangat ketat. Padahal di set pertama King sempat unggul jauh 10-0! Dalam satu kali service Han Jian bisa langsung menyusul 9 angka aja gitu... Haloow King!?.. lagi ngeblank yah? :D
Atletik
Sprinter andalan Indonesia Purnomo (21) berhasil masuk final 100 meter putra, tapi hanya menduduki peringkat ke-4 dengan catatan waktu 10.80 detik. Di nomer paling bergengsi ini Rabuan Pit asal Malaysia menjadi manusia tercepat Asia dengan membukukan waktu 10.68 detik. Dan di bagian putri Lidya De Vega atlit cantik asal Filipina menjadi ratunya.
***
Perolehan akhir kontingen Indonesia di Asian Games IX New Delhi adalah 4 emas, 4 perak, dan 7 perunggu. Indonesia berada di posisi ke-6 setelah Cina, Jepang, Korsel, Korut, dan India. Di bawah perolehan Asian Games VIII di Bangkok, yang berhasil meraup 8 emas.
Ditutup pada tanggal 4 Desember 1982 di stadion Jawaharlal Nehru, New Delhi. Secara umum berlangsung lancar lah, meskipun ada sedikit kekacauan dalam pembagian medali di cabang angkat besi dan balap sepeda. Juga ada sedikit suasana panas, karena dua negara yang sedang perang ketemu di ajang ini, Iran dan Iraq.
Di Asian Games 1982 ini adalah saat mulai menggeliatnya kekuatan Cina, hingga mampu mematahkan dominasi Jepang yang sejak Asian Games I tahun 1951 selalu menempati posisi pertama dalam pengumpulan medali. Mulai saat itu Cina-lah yang selalu memimpin perolehan medali hingga saat ini... sayonara.
Asian Games X, Seoul, Korea Selatan
Dengan berkekuatan sejumlah 203 atlet yang mengikuti 22 cabang olahraga, kontingen Indonesia ditargetkan meraih posisi ke-4 dalam pengumpulan medali. Itu kata ketua umum KONI pusat Surono. Ambisius banget yah.... Dia ngremehin India, yang dipikir di AG sebelumnya bisa posisi ke-5 karena faktor tuan rumah. Lalu kebetulan ditambah lagi Korea Utara yang di AG XI berada di posisi 4, di AG kali ini nggak mau ikut karena penyelenggaranya adalah musuh bebuyutan. Jadilah pak Surono berani pasang target posisi ke-4... yakin pak? tau bener nggak sama peta kekuatan sendiri dan lawan?
Diadain dari tanggal 20 September sampai 5 Oktober 1986 di Seoul, Korea Selatan. Event ini bagi Korsel adalah sekalian sebagai ajang ujicoba semua venue dan pemanasan sebelum mereka jadi tuan rumah Olimpiade 1988. Jumlah kontingen, peserta dan cabang olahraga menurun dari AG sebelumnya. Ada 27 negara, dengan 3345 atlit memperebutkan 837 medali di 25 cabang olahraga.
Kontingen Indonesia sempat mengancam akan memboikot cabang senam ketika tiga atlet pesenam ciliknya Eva, Hesty, dan Esther tidak diperbolehkan tampil karena baru berusia 13 tahun. Sedangkan peraturan dari Persatuan Senam Asia memberi batasan umur minimal adalah 15 tahun. Akhirnya ketiga atlet tersebut diperbolehkan tampil tapi hanya sebatas eksibisi.
Angkat Besi
Sama persis dengan di AG sebelumnya, medali pertama bagi Indonesia adalah medali perunggu dari cabang angkat besi. Dirdja Wihardja (20) dapet nemu di kelas bantam 56 kg.
Renang
Medali perunggu kedua diraih oleh Wirmandi Sugriat (15) dari cabang renang di nomer 200 meter gaya dada. Selanjutnya cabang renang juga mempersembahkan medali perunggu di nomer estafet 4x100 meter gaya ganti putra, oleh Lukman Niode, Sabeni Sudiono, Wirmandi Sugriat, dan Daniel Arief Budiman. Lukman Niode yang cukup berprestasi di AG sebelumnya, kali ini nggak mampu berbuat banyak... dah ketuaan kali.
Tenis Lapangan
Beregu putra, Yustedjo, Tintus dkk berhasil membabat India 3-0 di perempat final, tapi harus menyerah kalah di semifinal oleh Korsel 1-2. Di perebutan tempat ketiga semakin terpuruk dijegal Thailand 3-0. Juara bertahan akhirnya nggak dapat medali sama sekali :(
Sementara beregu putri yang mengandalkan Suzanna Anggarkusuma dan Yayuk Basuki juga terhenti di semifinal dikalahkan regu putri Cina 1-2. Tapi mereka masih berhasil merebut medali perunggu dengan mengalahkan Jepang 3-0!
Tenis perorangan, ganda putri Indonesia Suzanna/Yayuk sukses membungkam ganda tuan rumah Shin Soon-ho/Park Yang-ja 0-6, 6-3, 6-1 (buseeet, pake kasih voor 0-6 gitu di set pertama!) di semi final. Di final melawan pasangan Korea lainnya Kim Il Soon/Lee Jung Soon, Suzanna Anggarkusuma dan Yayuk Basuki, yang saat itu baru berusia 16 tahun, berhasil mencuri MEDALI EMAS SATU2NYA di Asian Games kali ini dengan skor 6-3, 6-7(4-7), 6-4. Bravo..!
Tambahan medali perunggu diperoleh dari ganda putra oleh Wailan Walalangi dan Sulitiyono setelah mengalahkan pasangan Filipina. Medali perunggu juga diperoleh dari ganda campuran Tintus/Suzanna yang kayaknya setelah ini jadi makin lengket dan akhirnya berakhir di pelaminan :D
Tinju
Adrianus Taroreh tampil memukau di perempat final kelas bulu dengan mengkanvaskan Nasser Ahmad asal Pakistan. Di semifinal mengalahkan William John dari India. Sayangnya saat di final menghadapi petinju tuan rumah Park Kyeong-ok, Adrianus harus juga menghadapi juri yang tidak adil. Meskipun di dua ronde pertama Adrianus jelas2 mendominasi pertarungan, dia dinyatakan kalah angka telak 5-0! Adrianus Taroreh harus puas dengan medali perak. Koran2 bilang kalo medali emas Adrianus Taroreh "Dirampok"!! Petinju Filipina yang juga seharusnya menantang petinju tuan rumah di final bahkan mending nggak main daripada dicurangin juri.
Sepakbola
Indonesia berada di grup C bersama Arab Saudi, Qatar dan Malaysia. Pelatih Bertje Matulapelwa menargetkan mampu lolos ke perempat final. Kesebelasan Indonesia diperkuat oleh striker Adolof Kabo dan Ricky Yacob, lini tengah oleh Elly Idris, Zulkarnain Lubis, Yonas Sawor, dan Berty Tutuarima, sementara bagian pertahanan adalah Robby Darwis, Robby Maruanaya, Marzuki Nyak Mad, dan Jaya Hartono, serta kiper andalan Ponirin Meka.
Diawali dengan kejutan mampu menahan seri 1-1 Qatar berkat gol dari penyerang tengah asal Manokwari, Adolof Kabo. Lalu saat melawan Arab Saudi, hingga 8 menit menjelang pertandingan berakhir Indonesia sanggup bertahan 0-0. Tapi apa daya di sisa waktu itu Ponirin kebobolan 2 gol.. Huaaaah!! huhuhuhu...
Melawan Malaysia, jika Indonesia mampu menang 3-0 maka akan langsung mendampingi Arab Saudi ke perempatfinal. Tapi Indonesia hanya mampu unggul 1-0 berkat gol dari Jonas Sawor di menit ke 35. Indonesia akhirnya memastikan lolos ke perempat final setelah Arab Saudi mengalahkan Qatar 1-0. Sempet ada kekhawatiran kalo Arab Saudi main lirik2an sama Qatar, sengaja ngalah biar Qatar yang maju di perempat final. Untungnya sih enggak... :)
Berhadapan dengan Uni Emirat Arab di perempat final, Indonesia harus bertarung adu penalti setelah skor bertahan 2-2 hingga perpanjangan waktu. Dua gol untuk Indonesia dicetak oleh Ricky Yacob (49') dan gol bunuh diri (horeee!! ada yang talal!.. hihihi) pemain UAE saat perpanjangan waktu. Di adu penalti Ponirin Meka menjadi pahlawan setelah berhasil menepis dua tendangan pemain UAE, sementara Indonesia berhasil melesakkan 4 gol oleh Sumardi, Ricky Yacob, Sutrisno dan Adolof Kabo. Hanya Robby Darwis yang gagal mengeksekusi penalti. Indonesia pun menang 6-5, melaju ke semi final menantang Korea Selatan.
Tapi ya Korea Selatan yang langganan Piala Dunia itu memang terlalu tangguh buat kesebelasan Indonesia. Di semi final harus menerima kekalahan telak 0-4!. Tambah sial lagi di perebutan tempat ketiga, Indonesia digunduli 0-5 oleh Kuwait... gundul dah.. plontos kayak permen kojak!
Tapi paling nggak pencapaian kesebelasan Indonesia hingga semifinal Asian Games ini tetap dikenang sampai sekarang. Kapaaaan.. ya, bisa begitu lagi?
Bulutangkis
Cabang bulutangkis di AG ke-sepuluh ini Indonesia gagal total. Keok keok, petok petok beneran. Regu putra Indonesia yang dimotori Icuk Sugiarto kalah 2-3 dari Korea Selatan di semifinal. Regu putri yang mengandalkan Sarwendah juga kalah 2-3 dari Jepang di semifinal.
Di nomor perorangan juga paceklik medali. Salah satunya karena Korea Selatan banyak main curang di penjagaan garis. Icuk Sugiarto bahkan walk out tidak mau melanjutkan pertandingan di perempat final saat melawan pemain yunior Korsel Park Sung-bae.
Paling top cuma sampai babak semifinal. Liem Swie King/Bobby Ertanto tumbang di semifinal di tangan ganda Cina Tian Bingyi/Li Yongbo. Dan ganda putri Rosiana Tendean/Imelda Kurniawan tertahan di semifinal oleh pasangan Korsel Kim Yun-ja/Sang Hee-yoo. Ditambah dari beregu cuma dapet 4 perunggu doang!
Atletik
Dari atletik, Indonesia tetep nggak bisa bicara banyak. Purnomo yang kembali berhasil masuk final nomer paling bergengsi 100 meter putra, berada di nomer buncit di pertandingan final.
Gelar manusia tercepat Asia di Asian Games kali ini, dengan memecahkan rekor Asia 10.30 detik, diraih oleh pelari Qatar, TALAL MANSOOR... (Huahahahaha!.. talal luh! :p). Di nomor 100 meter putri Lydia De Vega asal Filipina berhasil mengalahkan saingan beratnya PT Usha dari India. Tapi PT Usha tetap berjaya dan menjadi Ratu Asian Games kali ini dengan total meraih 4 emas 1 perak.
Tae Kwon Do, Balap Sepeda, Layar dan Boling
Atlet Tae Kwon Do Indonesia malah yang tampil mengejutkan dengan meraih 3 perak dan 1 perunggu. Medali perak disumbangkan oleh Yefi Triaji di kelas 50 kg, Abdul Rozak di kelas Bantam, dan Lamting di kelas Welter (ini Lamting yang kemudian jadi bintang film laga itu yah?...). Perunggu diraih oleh Budi Setiawan di kelas terbang.
Satu perak lagi disumbangkan oleh pebalap sepeda Fanny Gunawan di nomer jalan raya jarak 179.2 km, yang kekalahannya ditentukan oleh foto finis karena menyentuh finis nyaris bebarengan dengan pebalap tuan rumah.
Medali perunggu lain disumbangkan dari cabang layar oleh Abdul Malik Faisal, serta dari Boling oleh Poppy Tambis dan trio boling putri Srie Mulyani, Charlotte Syamsuddin dan Fenny Tjahyo.
Total jendral medali untuk Indonesia di Asian Games ke-sepuluh ini adalah 1 emas, 5 perak, dan 14 perunggu. Jumlah totalnya memang lebih banyak daripada AG sebelumnya, tapi jumlah medali emasnya melorot jauh. Posisi Indonesia pun hanya bisa berada di nomer 9, jauh dari target ambisius yang dipasang ketua KONI. Di atas Indonesia, selain tiga negara superpower Asia, Cina, Jepang dan Korsel, ada Iran, India, Filipina, Thailand, dan Pakistan yang melompati posisi Indonesia.
Korea Selatan yang membabi buta berusaha menangguk medali dengan segala cara, berhasil mencapai target untuk menyisihkan Jepang dan merebut posisi kedua. Bahkan nyaris menjegal Cina. Cina dengan 94 emas, Korsel dengan 93 emas.
***
Nah, itulah hasil yang diperoleh kontingen Indonesia di ajang Asian Games selama tahun 80-an. Tidak terlalu membanggakan memang. Tapi jelas lebih baik daripada hasil Asian Games XV di Qatar kemaren. Indonesia cuma mampu berada di posisi ke 22! ... hiks, hiks, hiks.. Bahkan di bawah negara kecil kayak Singapore dan Vietnam!!
Ayo dong olahraga Indonesia... bangkit lagi napa?!
Komentator: Q
Sumber: Wikipedia, dan Kompas edisi November-Desember 1982, September-Oktober 1986.