Tuesday, October 18, 2005

Parade Tembang Kenangan Kawula Muda 01

Seri Julius Sitanggang

Kawula muda pasti kenal dengan Kak Julius Sitanggang and de Joli’s. Di keluarga saya, jangan ditanya. Ini jadi lagu wajib kami bertiga (saya dan dua kakak lelaki saya, adik saya yang bontot dan cewek belum hadir ‘meramaikan suasana’ waktu itu) . Kaset Kak Julius and de Joli’s menjadi andalan kami bertiga. Apalagi saat-saat dekat porseni. Berhubung saya (kata orang) waktu kecil bersuara bening dan empuk –isin mode on-, saya selalu mewakili sekolah ke porseni. Biasanya sih juara satu (dari kelas 3 ampe kelas 5), soalnya yang jadi juri ibu saya, yang kebetulan guru pembina seni….:P. Hadiahnya : 10 buah buku tulis bergambar Kak Dina Mariana…. Tapi soal nyanyi menyanyi itu masa laluuu banget…. Sekarang mah begitu saya mulai nyanyi, tetangga banting-banting pintu… L

Nah lagu Kak Julius dan saudara-saudaranya ini selalu jadi menu lagu latihan. Album-album mereka (Balada Anak Nelayan, Tabahlah Mama, Dia dan Dia, dll) selalu standby dekat-dekat radio tape Bapak. Tema lagu Julius biasanya sih melankolik bin menyedihkan. Misalnya neh : yatim piatu, orang miskin, ditinggal mamah atau papah (kebanyakan papah). Kenapa kebanyakan papah? Karena Kak Julius bersaudara memang udah yatim saat itu, Saudara-saudara (dikutip dari wawancara Julius dengan majalah Anita Cemerlang edisi baheula ). O ya, selain Julius, si bungsu Kak David juga belakangan ngeluarin album yang 'senada seirama' dengan album kakaknya.

Nah, di acara porseni di kampung saya umumnya peserta pasti milih lagu Kak Julius. Secara lagunya kebanyakan sedih-sedih, penghayatan tentunya harus top. Walhasil lomba porseni kami menjadi lomba tangis-tangisan di atas pentas. Pokoknya yang bisa nangis bombay sampe beringus paling rame keplokannya. Menjiwai, begitu kata dewan juri. Saya sebagai jawara mah nggak pernah dan nggak perlu nangis, berhubung suara saya (waktu itu) udah cukup memukau, dan berhubung ibu saya anggota dewan juri… (ini kali ye faktor utama…)


Sekadar nostalgia, saya tuliskan tiga lirik lagu Julius yang paling top. Yang pertama Danau Toba yang bernada riang, dan yang selanjutnya yaa... gitu deh, siap-siap berlinang…


I. Danau Toba

Di negeriku, Indonesia
Ada satu damai yang permaaai
Yang terluas di dunia,
Kebanggaan seluruh bangsaaa

Reff

Oh danau toba, danau toba
Danau indah dan permai
Oh danau toba, danau toba
Tiada banding di dunia

Di tengahnya ada pulau
Pulau subur, pulau samosir
Aku bangga ku bahagia
Karena kulahir di sanaaaah!

Back to reff

Bridge
Pulau subur danau indah
Kau tak kan kulupaaa…
Dalam lagu dalam kalbu
Kau yang selalu kurinduuu kurinduuuu kurinduuuuuuu…..

Back to reff (sampe bego!)



catatan besar : Secara buku pintar Iwan Gayo belum terbit waktu itu, kesalahan besar terjadi pada lirik lagu Danau Toba ini. Danau Toba sama sekali BUKAN danau terluas di dunia, melainkan danau Laut Kaspia di Rusia... (yak, sratus untuk regu a!)


II. Balada Anak Nelayan

Di ruang kecil dan berdinding bambu
kududuk sendiri bertemankan sepi
seharian kini telah kulewati
dengan bubu dan kail di tanganku

Kupandang ombak bergulung di pantai
dan tiang sampan yang timbul tenggelam
burung-burung camar yang tak bosan beterbangan
menemani para nelayan….

Reff.
Anak-anak nelayan
Sambil menjinjing keranjang
Menyambut kedatangan saudaranya
Dengan wajah yang ceria

Mentari kini tlah hampir tenggelam
Ombak di laut pun tetap bergelombang
Kudengar nyanyian anak nelayan
Mereka yang selalu bergembira

Back to reff (juga sampe bego!)


III. Tabahlah Mama

Janganlah menangis, mamaku
Janganlah kau bermuram selalu
Walaupun putus sekolahku
Namun ku tetaplah anakmu

Kutahu pedih dihatimu
Kutahu beban deritamu
Tiada yang dapat menolongmu
Melanjutkan cita-citaku

Walaupun papa tiada di sisi kita
Tak perlu bersedih tak perlu duka
Walau derita bertindih datang melanda
Bersabarlah mama
Berdoalaaaaaaaaah..

Tabahlah mama, teguhkan hatimu
Hilangkan duka dalam dada mamaku…
Tabahlah mama, teguhkan hatimu
Derita kan berakhir jua mamaku

Bukanlah rumah, bukanlah harta
Hanya doamu yang kupinta oh mama
Tiada duka sepanjang masa
Bahagia pasti milik kita oh mama

Oh mama oooho mama oho mama mama mamah oh sayangku…
Oh mama oooho mama oho mama mama mamah oh sayangkuuuh…
(diulang-ulang sendiri ya… soalnya capek ngetiknya nih, cing!)




Nah belakangan Kak Julius ngeluarin album ‘dewasa’. Judulnya Maria. Kalau ada pembaca ingin tahu liriknya, silakan hubungi saya. Juga kalau ingin lirik-lirik Kak Julius yang lain. Mudah-mudahan yang diminta masih saya ingat… Nyang punya MP3-nya, bagi-bagi cing!

Seri Parade Tembang Kawula Muda selanjutnya adalah : Kak Tommy J Pisa dan Kak Endang S Taurina! Nantikan ya, kawula muda!

Ah, sebelum pamit, saya tuliskan lirik lagu kebangsaan kita, Gejolak Kawula Muda by Kak Chicha Koeswoyo!

Indahnya kehidupan dalam usia remaja
Cintaku cintamu tumbuh dan selalu bersemi
Indahnya, indahnya dalam kehidupan ini
Bahagia dan selalu datang selalu datang!

Tak terelakkan, bunga-bunga cintaaaa..

Asyiknya bercinta gejolak kawula muda
Asyiknya bercinta gejolak kawula muda

Terbayang dalam wajah yang cerita… bunga-bunga cintaaaa..

(plok plok..plok…. makasih makasih makasih)

Ditulis oleh: EssoWenni
 

Sunday, October 16, 2005

OSHIN : Kisah Perempuan Yang ‘Tak Ada Matinya’



Ini teka-teki jaman baheula :
Apa bahasa Jepang gadis miskin penuh derita?

Anda benar! Jawabannya adalah Oshin Tanokura! Di era 80-an, siapa yang tak kenal gadis cilik berpipi merah yang hidupnya tak putus dirundung malang? Dari sandal jepit, baju, buku tulis (dahulu saya bahkan punya sepuluh buku tulis bergambar Oshin), jepit rambut, sampai nama bayi baru lahir pun tak lepas dari pengaruh popularitas Oshin. Di kampung saya, beberapa bayi perempuan yang kebetulan lahir berkulit putih dan (sedikit) sipit harus rela ditasbihkan sebagai Oshin. Tentu saja harapan Ayah Bunda mereka adalah bahwa bayi mereka akan secantik dan setegar Oshin (tapi tak boleh semenderita Oshin…).

Sekedar penyegar ingatan, Oshin adalah serial Jepang produksi NHK (Nihon Hoso Kyokai) bersama dengan Japan Foundation yang ditayangkan TVRI sepanjang tahun 80-an dan beroleh sukses besar. Dan tak cuma di Indonesia serial ini memukau penonton, Oshin ditayangkan di 59 negara dengan hasil yang sama : sukses menjaring pemirsa. Tak heran banyak yang beranggapan bahwa satu-satunya orang Jepang yang paling terkenal seluruh dunia adalah Oshin, bukan Hirohito, bukan Akira Kurosawa, bukan pula Koizumi. Popularitas yang sampai kini bergeming dan tak tersamai.

Di Sulawesi Selatan, jam tayang Oshin adalah setengah tujuh malam, mepet dengan jadwal shalat maghrib berjamaah di rumah kami. Jadilah kami (saya dan saudara-saudara) sepanjang shalat tak lepas-lepas melirik jam dinding, berharap Bapak tak membaca surah yang panjang-panjang, sehingga masih bisa menyaksikan ‘derita Oshin seutuhnya'… Tapi biasanya Bapak berlanjut dengan shalat sunnah dan wirid yang panjaaang banget. Kendati jemaah (dalam hal ini anak-anaknya) tak wajib ikut wirid, namun teve tetap tak boleh dinyalakan selama Bapak masih duduk di atas sajadah. Apa boleh buat. Saya harus kabur ke rumah tetangga, untuk menyaksikan pergulatan Oshin melawan nasib buruk yang tak henti-henti datangnya…

Di rumah tetangga (yang menjadi pusat tontonan anak-anak se-RT-RW berhubung teve masih jarang), tak jarang saya dapati anak-anak perempuan berlinang air mata (dan ingus) saat menyaksikan Oshin. Apalagi saat adegan Oshin ‘dianiaya’, ada yang sampai sesegukan…. Dimaklumi saja. Saya aja sampai berkaca-kaca….



Belajar dari Oshin

Oshin juga mengajarkan banyak hal kepada saya. Di masa kecil Oshin, kita disuguhi tayangan tentang rumah Oshin yang sederhana dalam kepungan salju yang lebat. Sebelum Oshin datang mengetuk layar kaca, saya selalu membayangkan salju yang indah dan empuk bagai kapas, salju yang bisa dibentuk bola dan orang-orangan, salju yang jadi mainan. Tapi Oshin membuat saya sadar, salju dan musim dingin yang berkepanjangan bisa membawa lapar, panen yang gagal, dan dingin yang mematikan. Oshin pula yang membuat saya nyaris menangis (terpaksa mengaku deh) saat tahu bahwa dahulu beras pulen (tanpa campuran lobak) dianggap sebagai suatu kemewahan…

Di episode awal Oshin kita saksikan pergulatan keluarga Oshin menghadapi kemiskinan. Oshin harus rela bermandi peluh untuk menghidupi keluarga saat orang tuanya mulai sakit-sakitan. Kita ingat bagaimana Oshin diperlakukan semena-mena oleh para juragannya. Kita masih ingat saat Oshin kecil (tujuh tahun) dikirim oleh Shakuzo, ayahnya, bekerja di toko beras milik orang tua Kayo (yang menjadi ‘musuh’ Oshin kecil namun akhirnya menjadi sahabat Oshin), dan harus bekerja keras (mengasuh bayi bahkan saat ke sekolah, membersihkan rumah, mengepel, dan beragam pekerjaan lain, memunguti serakan bulir-bulir beras) semata untuk semangkuk dua mangkuk beras, agar keluarga tak kelaparan di kampung…

Lewat Oshin pula saya yang masih di bangku SD saat itu, beroleh paham kalau cinta pertama tak pernah terlupakan (ehm…). Tentu kita masih ingat kasus Oshin dan Kota (dan intrik cinta segitiga Oshin, Kayo dan Kota). Lewat Oshin saya menyaksikan perjuangan seorang perempuan yang pantang mundur dalam mewujudkan cita-cita yang sederhana, menjadi seorang penata rambut. Oshin yang sederhana dan jelata namun menguasai keterampilan ‘upacara minum teh’, keterampilan tingkat tinggi yang hanya dimiliki oleh ‘kalangan atas’. Juga tentang cinta ibu, cinta Fuji ibu Oshin, yang tiada batas. Perjuangan Oshin sebagai istri saat Ryuzo sang suami putus asa setelah gempa bumi Kanto mengguncang Tokyo dan memaksa mereka harus mengungsi ke kampung halaman suami, dan Oshin harus tinggal seatap dengan mertua dan ipar-ipar yang jahat tak terkira…Tapi Oshin tetap tabah dan tegar, kendati harus kehilangan bayi perempuan akibat kerja keras berlebihan.

Ngomong-ngomong tentang mertua, seorang tetangga saya yang juga tinggal serumah dengan mertua, sering mengeluh tentang mertuanya yang perkataannya kerap menyakitkan (si mertua telah renta mendekati pikun). Berkat Oshin, tetangga saya akhirnya bisa rukun dengan mertuanya, memahami keadaan si mertua yang hampir dementia, bersyukur tak punya ipar, dan si mertua, kendati bawel dan linglung, tak sejahat mertua Oshin di teve…..



‘Cengeng’ Membawa Hikmah

Meski menguras air mata, Oshin tak bisa dikatakan cengeng. Cengeng dalam arti hanya membuat kita larut dalam sedih dan haru yang berlarat-larat. Oshin boleh jadi membuat banyak orang (bukan saya!) diam-diam terisak , tapi Oshin juga mengajarkan hikmah. Sepanjang penderitaannya, Oshin tak pernah mengambil kesempatan untuk membalas dendam. Di salah satu episode Oshin kecil menyelamatkan Kayo yang sebelumnya selalu berupaya mengancam dan menyusahkan Oshin. Juga keteguhan Oshin saat ditinggal Ryuzo (dalam dua fase, yakni saat Ryuzo depresi karena bisnisnya yang kolaps dan saat Ryzo mati bunuh diri), ketegarannya mencari nafkah untuk keluarganya. Oshin mengajarkan hikmah hidup yang lurus, kemandirian, tekad yang kuat, dan tentu saja feminisme tanpa perlu menjadi radikal. Kisah Oshin adalah kisah tentang perempuan mandiri dan kuat yang ‘tak ada matinya’…

Dari hasil telusuran internet, kesaksian seorang warga Australia mengungkapkan sikap apriorinya terhadap Jepang sehubungan dengan pendudukan Jepang di Perang Dunia II. Namun sikapnya berubah saat menyaksikan Oshin. Sebab seperti banyak orang di negeri yang termasuk wilayah pendudukan Jepang, Oshin dan penduduk Jepang lainnya juga menjadi korban perang, terlepas dari kenyataan bahwa Jepang-lah yang melakukan ekspansi di PD II. Anak sulung Oshin, Takeshi (jika tak keliru), menjadi ‘korban’ wajib militer dan hilang di Filipina saat perang. Takeshi menjadi pilot pesawat tempur Jepang (kamikaze) dan tak pernah kembali…

Menyaksikan Oshin bagai menyaksikan kisah bangsa Jepang. Menyaksikan kisah hidup Oshin adalah pelajaran dan teladan. Banyak hikmah yang dipetik dari Oshin. Meski kita diharu biru oleh perjalanan hidup yang pahit getir, melodrama yang mungkin membuat kita menyusut air mata (sembunyi-sembunyi), tak dapat dibantah serangkaian pelajaran berharga tentang hidup terekam saat menyaksikan kisah diri Oshin Tanokura……

Trivias about Oshin

1. Oshin diadaptasi dari kisah hidup Kazuo Wada, pendiri Yaohan sebuah bisnis supermaket Jepang. Di tahun 90-an Yaohan mencapai puncak dengan 450 outlet di 16 negara, meski akhirnya bangkrut dan harus dijual. Kebangkrutan Yaohan merupakan kebangkrutan terbesar dalam dunia bisnis ritel Jepang pasca perang.

2. Aslinya, Oshin berdurasi 15 menit per episode (tanpa iklan) dengan jumlah episode 297. Setelah popularitasnya menjulang, Oshin difilm(kartun)kan, dibonekakan, dijadikan souvenir, diteaterkan, dibikinkan lagu, dan sebagainya. Untung Oshin tak berada di Indonesia. Kalau di Indonesia, bakalan ada Oshin 2, Oshin 3, 4 dst (seperti Tersanjung itu lho)….

3. Di Iran, konon, saat seorang muslimah ditanya oleh seorang reporter radio – “Menurut Anda Siapa simbol keperempuanan Islam?” “Oshin,” jawabnya. Jawabannya ini mengejutkan pemimpin relijius Iran Ayatollah Khomeini yang langsung memerintahkan penangkapan 4 orang dari stasiun TV yang menyiarkan Oshin.

4. Ada yang tahu setelah Oshin, serial Jepang apa lagi yang diputar TVRI? Ya, Rin. Serial tentang biografi Rin Tachibana wartawati pertama Jepang….

5. Hingga kini tak ada DVD resmi Oshin yang beredar dengan english subtitle, apatah lagi dengan Indonesian subtitle. Harusnya ada yang ramai-ramai bikin petisi, mengirimkannya ke NHK, menuntut produksi DVD/VCD Oshin bersubtitle..….

6. Ayako Kobayashi (pemeran Oshin Kecil) pernah datang berkunjung ke Indonesia dan menjadi bintang iklan ajinomoto (predictable banget ya?)…

7. Mantan presiden Ibu Mega menjadikan Oshin sebagai salah satu pokok pembicaraan (rumpian) dengan perdana menteri Jepang Junichiro Koizumi saat PM Jepang itu menjamu para pemimpin Asean (Desember 2003 di Jepanf). Saat itu Ayako Kobayashi juga menjadi salah satu penjemput tamu… Berani taruhan, Ibu Mega pasti berkaca-kaca juga (mungkin malah sampai ‘basah’) saat menyaksikan Oshin… Nah, kalau (calon) presiden aja nangis, apalagi kita ya?

8. Talking about Yuko Tanaka (Oshin dewasa). Adakah yang memperhatikan kalau mata Yuko Tanaka agak-agak, maaf, jereng?

9. Di kampung saya, gaya menggendong bayi di punggung pun dinamakan gendong Oshin. Padahal dulu cara gendong seperti ini malah disebut ‘gendong Jawa’…



Tulisan ini kembali dikirim oleh temanmu dari Watampone, Sulawesi Selatan: EssoWenni. Bagus!!
 

Thursday, October 13, 2005

Eighties in Action : Dari Gigitan Barry Sampai Tendangan Eva



Era Eighties (yang super jadul untuk ukuran sekarang) juga ditandai dengan booming film-film Indonesia. Di kampung saya Watampone, di pelosok Sulawesi Selatan, film-film Indonesia idem ditto dengan film aksi dan laga. Satu dari dua bijih bioskop di kampung saya waktu itu rajin memutar film-film aksi dalam negeri. Ah, saudara-saudara, yang saya sebut bioskop ini adalah ruangan dengan jejeran seratusan kursi kayu berkepinding, tanpa pendingin ruangan, hanya beberapa kipas angin merek Sanyo bergelantungan, soundsystem stereo yang sember dan berdenging di nada tinggi, dan yang paling parah, jejeran kursi itu tidak tersusun bertingkat, melainkan lempang sejajar (celakalah mereka yang harus duduk di bangku belakang). Tapi dari bioskop primitif ini ‘lahir’ pahlawan dan pahlawin saya, pasangan top film laga Indonesia era delapanpuluhan. Yap, Anda benar. Tak lain dan tak bukan Eva Arnaz dan Barry Prima.

Evayanthi Arnaz

Eva Arnaz, untuk akrabnya kita panggil Kak Eva, adalah perempuan kelahiran Bukittinggi dengan dada berani, sintal dan berpaha mulus. Mengawali karir sebagi None Jakarta, ia kemudian terseret main film setelah terlibat dalam Dua Kribo bersama dengan Ahmad Albar dan beroleh sensasi saat tampil telanjang dada dalam Intan Perawan Kubu. Sempat membintangi film percintaan romantis, di antaranya Sakura Dalam Pelukan berpasangan dengan Liem Swie King. Ya Liem Swie King pebulutangkis itu, Saudara-saudara. Juga sempat muncul dalam film Lembah Duka (sebagai mama-san), film penguras air mata yang mendapat pujian waktu itu (pemeran utama : Suzanna, Roy Marten dan anak Suzanna : Kiki Maria) dan Asmara di Balik Pintu, dengan Rano Karno (kalau tak salah) dan Marissa Haque.

Selebihnya, Kak Eva berkubang dalam film-film laga dan komedi. Sempat mendapat gelar sebagai bom seks film Indonesia, Eva tak tanggung-tanggung berperan dalam serentetan film-film aksi. Tercatat : Serbuan Halilintar, Membakar Matahari, Lima Cewek Jagoan, Gadis Bionik, Perempuan Bergairah, Kupu-Kupu Beracun, Warok Singo Kobra, Cewek jagoan Beraksi Kembali, Midah Perawan Buronan, Jaka Sembung, Jaka Sembung dan Bergola Ijo, Buah Terlarang, Terjebak Dalam Dosa, Montir-Montir Cantik, Gadis di Atas Roda, Pasukan Berani Mati dan sebagainya. Dalam sebuah wawancara di majalah Femina waktu itu, Kak Eva tak kepalang tanggung mengaku berguru karate pada suaminya waktu itu (tak lain dan tak bukan : Kak Barry Prima). Di rumahnya di kawasan Pulo Mas, waktu itu dilengkapi dengan sansak, alat pelangsing perut, sandal besi berbobot (untuk melatih kelincahan badan, katanya), barbel dan alat-alat olah raga lainnya. Beberapa filmnya kendati berbau aksi, tapi tak menghadirkan Kak Eva Arnaz sebagai cewek jagoan (misalnya nih : Putri Duyung 85, di mana Kak Eva berperan sebagai Intana, little mermaid Indonesia yang diselamatkan oleh ksatria… siapa lagi kalau bukan Barry Prima). Di kemudian hari Kak Eva Arnaz melanjutkan karir di segmen komedi, membintangi sederet film Warkop (Tahu Diri Dong, Pokoknya Beres, Sabar Dulu Dong,Lupa Aturan Main dsb) dan beberapa film komedi non warkop. Salah satu film komedi non Warkop-nya, Cintaku Di Rumah Susun garapan Nya Abbas Akub kalau tak salah, menjadi unggulan FFI waktu itu. Belakangan, film ini disinetronkan…. Dan ngomong-ngomong soal Sinetron, Kak Eva juga sempat mencicipi maraknya dunia sinetron....



Barry Prima

Barry Prima? Kak Barry Prima? Siapa sih yang tak kenal bintang kebule-bulean yang kekar berotot bin jago karate ini? Dengan mata tertutup saya bisa menyebutkan lebih dari sepuluh filmnya : Semua seri Jaka Sembung, Golok Setan, ,Membakar Matahari, Serbuan Halilintar, Serigala, Pasukan Berani Mati, Menumpas Teroris, Komando Samber Nyawa, Nyi Ageng Ratu Pemikat, Siluman Serigala Putih, Nyi Blorong, Pendekar Bukit tengkorak, Gadis Berwajah Seribu sampai Tarzan Si Raja Rimba, Saudara-Saudara! Saya ngakak sendiri waktu mengetik semua judul ini…

Di beberapa film semisal ia berpasangan dengan sang istri (waktu itu) Kak Eva Arnaz, kebanyakan sebagai kekasih atau suami istri. Semisal dalam Membakar Matahari, Serbuan Halilintar, Perempuan Bergairah dan Cewek Jagoan Beraksi Kembali.Tapi meski sama-sama berperan di dalamnya, mereka tak hadir sebagai pasangan. Dalam film Jaka Sembung Eva berperan sebagai Murni adik Jaka Sembung (Kak Barry), dan dalam film Pasukan Berani Mati, di mana Kak Barry berperan sebagai republikein keturunan Belanda yang jago lempar belati, sementara Kak Eva adalah kolega sesama pejuang Kak Barry….

Sayangnya, karir Kak Barry jalan di tempat. Beda dengan mantan istri yang merambah ke film komedi dan sinetron, Kak Barry mentok di film laga. Terakhir (saat mulai uzur) ia masih membintangi film kelas C seperti Preman, Macho dan Jaringan Tabu, seolah mencoba mengais sisa-sisa kejayaan sebagai bintang macho dan ganteng….



Kembali ke kampung saya, semua film-film Kak Eva Arnaz dan Kak Barry Prima mesti laku keras di bioskop. Video (VHS dan Betamax)nya juga laris dirental. Kak Barry dan Kak Eva bagi saya dan sebagian kawan-kawan saya adalah figur pahlawan dan pahlawin Indonesia. Sampai-sampai, waktu kalau melihat cowok atau cewek jago karate komentar kami pasti : Busyet, kayak Barry Prima atau hebat, kayak Eva Arnaz….. Pada anak lelaki yang (sok) jagoan dan (katanya) bisa karate, saya kerap bertanya : bisakah kau melakukan tendangan putar seperti Barry Prima?

Yang parah adalah, gaya-gaya tertentu dalam film-film mereka menjadi trade mark dan diproklamirkan tanpa malu-malu oleh para penggemar, termasuk saya. Gaya paling terkenal dari Barry Prima adalah gaya menggigit golok dalam Jaka Sembung. Kak Eva Arnaz punya banyak! selain tendangan ala Kak Eva (saat shooting Gadis Bionik konon Jackjon semaput beneran terhajar tendangan ini), Kak Eva juga punya jurus andalan. Di poster film Perempuan Bergairah dan Warok Singo Kobra, jurus kak Eva mantap benar. Untuk Jelasnya lihat gambar di bawah...



Ingin menyaksikan kehebatan tendangan dan pukulan ala Kak Eva? Saksikan dalam Trailer Perempuan Bergairah! Sila klik di sini....

Tak Sendiri

Kak Barry Prima dan Kak Eva Arnaz tak sendiri. Sederet bintang laga lain turut meramaikan perfilman Indonesia waktu itu. Di bagian cowok ada : Kak George Rudy, Kak Advent Bangun, Kak Boy Tirayoh, Kak Tanaka, Kak Erick Soemadinata dan lain-lain. kendati mereka tak sehebat Kak Barry Prima. Malah banyak yang pernah menjadi tokoh antagonis lawan Kak Barry. Di barisan cewek setelah Eva Arnaz ada : Kak Sri Gudhy Sintara, Kak Enny Beatrice, Kak Debby Cynthia Dewi, Kak Sisca Widowati, Kak Wieke Widowati, Kak Yeny Faridha, Kak Dana Christina, Kak Tuty Wasiat, Kak Zurmainy, Kak Yurike dan sebagainya. Nama-nama aktor dan aktris spesial laga ini kian bertambah saat drama radio dan film Indonesia mulai merambah perfilman Indonesia (Mantili dan Brama, anyone?)

Tapi di era 80-an, bagi saya, Kak Eva dan Kak Barry adalah ratu dan raja film laga Indonesia. Sedemikian kondang nama mereka, hingga gosip tentang rumah tangga mereka pun laku di majalah (Ingat Ria Film?) dan koran, berhubung saat itu infotainment belum hadir meracuni hidup. Konon, pernah rumah tangga Kak Eva dan Kak Barry gonjang-ganjing lantaran Kak Barry selingkuh dengan Kak Suzanna (lawan main Kak Barry dalam Nyi Blorong dan Nyi Ageng Ratu Pemikat). Konon pula Kak Eva balas main mata dengan Kak Clift Sangra yang notabene adalah kekasih Kak Suzanna (kak Eva berpasangan dengan Kak Clift Sangra di film Buah Terlarang). Meski akhirnya rumah tangga mereka bubar (lantaran Kak Eva nggak bisa ngasih anak), bagi saya Kak Eva dan Kak Barry adalah pasangan serasi. Sama-sama jago berkelahi, sama-sama nggak bisa akting, sama-sama simbol dunia film martial art era delapanpuluhan …

Some trivias about Kak Eva:

1. Di Manusia Enam Juta Dollar, nama peran Kak Eva adalah Jelita Merdusekali a.k.a Jelita Merdubanget, di sekuelnya, Gadis Bionik, nama peran Kak Eva berubah menjadi Jelita Kuatsekali a.k.a Jelita Kuatbanget

2. Kak Lydia Kandouw adalah sahabat dekat dari Kak Eva. Keduanya bertemu di film Lima Cewek Jagoan di mana Lydia (Kak Lydia) berperan sebagai cewek jago panah dan Yanti (Kak Eva) sebagai cewek jago lontar belati

3. Kak Eva dan Kak Barry bertemu pertama kali di Cewek Jagoan Beraksi Kembali. Salah satunya mengucapkan kalimat : Di sini kita pertama kali bertemu….

4. Kak Eva, Kak Yenny Faridha, Kak Enny Beatrice pernah bersaing untuk mendapatkan predikat bom seks perfilman Indonesia.

5. Kak Eva disebut-sebut pernah menjadi artis terlaris di era eighties. Konon juga termahal….

6. Kak Eva menikah empat kali. Pertama dengan anak Kiky Saelan (tokoh sepakbola tanah air), kedua dengan Kak barry, ketiga dengan Kak Adi Bing Slamet, ke empat dengan (konon) suami orang, Dedi Hamdun, yang akhirnya hilang diculik dan sampai sekarang belum ditemukan. Jika Kak Eva punya suami lagi sekarang, berarti Kak Eva bersuami untuk kelima kalinya… boleh jadi lebih…

7. Kak Eva juara 2 dalam pemilihan Abnon Jakarta tahun 76.

*catatan : seluruh film-film yang saya sebut di atas telah saya tonton dengan penuh suka cita...



Tulisan ini kiriman dari temanmu : www.EssoWenni.com
BAGUS!!
*ala Pak Tino Sidin* :D